Kamis, 16 Agustus 2012

Sidang.Setelah itu selesai.

 

  Ada semacam kebanggaan aneh yang menyusup usai ditutupnya sidang kesarjanaan saya kemarin.Ketuk palu,3 x,dan resmi lah saya menjadi seorang sarjana.Kemarin saya bahagia,lepas satu beban dari pundak saya.Tapi hari ini tidak.Galau ,bahasanya anak muda sekarang.Yang saya pikirkan adalah akan jadi apa saya setelah ini,dunia yang harus saya hadapi tentu saja akan jauh lebih berat dan membebani.

Sebagai manusia,tentu saja saya menginginkan kehidupan yang baik.Tak perlu kaya,sederhana saja cukuplah.Dalam kesederhanaan kelak ,saya juga ingin bisa membagi sebagian penghasilan saya kepada orang tua saya.Sekedar jadi penghibur hatinya.Kemarin,sepulang sidang,saya menghampirinya yang sedang nyetrika baju dari menantunya(tentu saja kakak ipar saya).Celoteh saya ,"bajunya bagus juga ya..".Beliau jawab,"keliatannya aja bagus.tapi kalau ditarik satu aja benangnya pasti semua nya langsung copot.Tp namanya juga dikasih.Nanti kalau kamu udah kerja kan bisa beliin baju yang bagus.".Hmm,saya seperti dihadapkan pada tembok hitam di depan jalan saya.Terdiam dan sejak itu saya sadar bahwa kebahagiaan aneh pasca sidang tak bisa lagi diterus2kan.Saya sebenarnya sudah pernah punya tekad bahwa 3 bulan pasca kelulusan saya ndak boleh minta uang lagi sama orang tua.Berarti hari ini hari pertama dari 3 bulan dalam tekad saya,justru saya berharap sebelum 3 bulan itu saya sudah bisa menghasilkan uang sendiri.Hanya sekedar jaga-jaga,seburuk apapun kemungkinannya nanti,pokoknya 3 bulan mendatang saya harus sudah menganggap diri bukan bagian dari keluarga saya.Harus menganggap bahwa ndak ada tempat saya pulang,jadi saya harus maju menghadapi semua sendiri.Supaya gk manja.

Selain itu,saya juga ingin menunjukkan kepada orang tua bahwa saya bisa hidup mandiri.jadi saya berhak menentukan pilihan hidup saya tanpa intervensi.SAYA BENCI INTERVENSI.Apalagi menyangkut pilihan-pilihan besar dalam hidup.Saya tidak bermaksud menafikan lelahnya orang tua membesarkan dan membiayai kehidupan saya selama ini.Tapi,tidak adakah lagi keikhlasan di dunia ini?Tak bisakah lagi orang tua menganggap bahwa apa yang dberikannya pada anak adalah bagian dari kasih sayang, yang tak akan mungkin bisa terbayarkan.Saya bukan asset,yang suatu saat bisa diuangkan.Saya juga bukan budak,yang harus menebus diri dengan sejumlah uang agar bisa merdeka dan menentukan pilihan.Saya ingin bilang,saya sudah dewasa.Dan sekarang,satu-satunya bahasa yang mungkin masih bisa dimengerti oleh orang tua saya hanyalah kemandirian.Dengan kemandirian saya harap mereka percaya bahwa saya cukup bisa mempertanggungjawabkan pilihan saya.Tapi,dengan cara apa saya dapatkan kemandirian itu?Jalan di depan saya menjadi kabur,hampir-hampir benar-benar kabur.Hanya kekhawatir yang terlihat dengan jelas dari tempat saya berdiri saat ini.Entahlah..

Di persimpangan jalan ini,saya berharap Allah akan mengurusi urusan saya,sejak hari ini dan nanti.Saya berharap Allah akan mengarahkan langkah saya,menuju keadaan yang baik.Untuk dunia terlebih kampung akhirat nanti.Amiin...